IKHTIAR
DIATAS SAJADAH-MU
Dulu
memang aku akui, tak banyak hal yang aku lakukan. Menghamburkan waktu adalah
kegemaran ku. Bukan hal lain yang aku lakukan,melainkan membuang waktu dengan
tidur,tidur dan tidur. Kadang hati ini masih bertanya,kenapa aku malas begini??
Tapi tak ada kata lain selain malas yang aku biasakan setiap hari. Nama ku
Kiara Larasati. Tak ada yang khas dari namaku begitu pun dengan diriku, hal apa
yang aku lakukan tak ada satupun yang berkesan. Seperti inilah hari-hariku(
makan,minum,tidur,mandi,dan kuliah) ya...... bosan sekali
Sabtu
pagi, girimis mengundang pun tiba( semacam lagu J). Ini
serius. Pada saat itu diriku tersentak dari rangkaian mimpi-mimpi yang
sambung-menyambung menjadi satu. Sontak tangan dan mata tertuju pada sebuah jam
bekker sebagai pengganti ibu yang setiap pagi berteriak memanggilku. Ya maklum
saja anak kost, mau tidak mau harus mendengar teriakan jam setiap paginya jika
tidak, siap-siap absen pada mata kuliah. Nah disisi inilah kelebihan ku,bukan
dari pekerjaan melainkan prinsip ku yang
tidak mau ada satu hari pun yang absen kuliah. Harus kuliah setip hari.
Haruuuuuuuussss titik.
Kuliah
memang prioritasku saat ini, setidaknya otak ini masih berpikir bagimana
perjuangan ibu dan ayah dirumah membanting tulang demi uang kuliah ku dan kedua
adikku. Bergegas saat itu juga aku mengambil handuk yang berserakan di tempat
tidur dan segera masuk kemar mandi.setelah selesai mandi dan berpakain. Secepat
itu ku ambil tas dan langsung pergi menuju kampus. Untung saja tidak terlambat.
Hari- hariku selalu di tutupi dengan aktifitas yang hampir sebagian waktu ku
tersita karena berada di lingkungan yang KAMPUS. Bermodalkan wi-fi yang selalu
ada bak udara yang selalu dihirup manusia terkecuali mati lampu.(HEHEHE)
Hari
sabtu sore disaat mata kuliah ku sudah usai, aku beranjak dari kelas menuju
gerbang masuk kampus. Ya, memang lingkungan kampusku tergolong padat penduduk.
Jadi tidak heran lagi jika jalan tak pernah sunyi dari kendaraan. Ntah mimpi
apa diriku tadi malam, sore ini mata dan tubuhku seakan tak berdaya ketika
melihat kejaian luar biasa yang untuk pertama kalinya dalam hidupku melihatnya.
Kendaraan mini bus menabrak seorang pejalan kaki yang melintasi pinggiran jalan
didepan kampusku. Sontak bunyi tabrakan mengiang ditelinga manusia yang
sekiranya berada disekitar lokasi kejadian.Braaakkkkkk.kira-kira seperti itu
suara yang terdengar. Langsung saja tanpa pikir panjang kami semua yang berada
disekitar lokasi tabrakan langsung berkerumun memenuhi lokasi demi melihat
keadaan yang terjadi. Posisi diriku saat itu tepat di depan korban yang
tertabrak. Ntah apa yang kurasakan saat itu, sedih, iba, takut semua bercampur
jadi satu. Lidahku kelu, tak sepatah kata pun yang terucap dari bibirku. Hingga
para penduduk yang berdatangan pun sibuk bertanya kepada ku yang aku sendiri
pada saat itu kehilangan kontrol, tak ada satupun pertanyaan dari mereka yang
ku jawab,diriku hanya terdiam menangis melihat korban yang berlumuran darah.
“
innalillahi wainnailaihi roji’un” terdengar suara yang sangat sayup
ditelingaku. Secepat mungkin aku sadar dari hilang kontrol yang menyapa diriku
beberapa menit yang lalu. Ku lihat satpam kampus ku sudah mulai mengangkat
korban ke tepi jalan yang ternyata sudah kehilangan nyawanya. Diri ku masih
menangis tersedu-sedu tak tahan melihat jasad korban yang tergeletak.
“ kia, wes bali wae yo? “ ucap
satpam kampus menyuruh ku untuk kembali kerumah.
“ iyo pak, duluan yo pak” jawab
ku.
Satpam
kampus ini seakan tau diriku lemah dengan perkara yang seperti ini. Sehingga
perintahnya pun menyuruhku kembali langsung ku iyakan. Sambil berjalan menuju
kost ku yang tidak jauh dari kampus diriku masih menangis tersedu-sedu.
Bayangan kejadian mengenaskan itu berulang-ulang kembali ke pikiran ku. Sampai di kost, aku duduk terdiam di tempat
tidurku. Beberapa menit kemudian ku langkahkan kaki menuju kamar mandi untuk
mandi sore. “ mandi dulu, mudah-mudahan hilang kejadian tadi dari benak ku”
pikir ku singkat.
Kejadian
itu menghantuiku beberapa hari belakangan ini. Aku hanya banyak melamun setelah
kejadian itu. Dan mulai terlintas dipikiran ku bahwa itu baru orang lain yang
kehilangan nyawa, nah bagaimana aku nanti?, bagaimana akhir nyawa ku nanti?,
apakah mengenaskan seperi korban yang kulihat? Ntah lah. Hanya tuhan yang tau.
Mulai hari itu diriku berpikir seakan-akan mengingat mati disela sela
lamunanku. Bahkan kini diriku perlahan-lahan mengalami perubahan. Mulai
melaksanakan sholat lima waktu, sebab karena sholat ini diriku menjadi lebih
tenang, tidak merasakan takut seperti hari hari sebelumnya. Terlebih sejak
kejadian buruk itu. Satu persatu ku pelajari buku-buku agama yang ku punya
setelah sholat lima waktu diatas sajadah. Tak munafik lagi, yang aku pikirkan
apakah aku sudah siap menghadap sakaratul maut. Boleh jadi kalau aku sakit, nah
kalau kejadiannya seperti korban yang ku lihat bagaimana?. Ku rasa dia juga
tidak tahu akan meninggal hari itu. Sebab itulah berangsur-angsur diriku
mempelajari ilmu agama dari buku-buku, mendalamnya yang tidak jelas ku tanyakan
pada senior dikampus, kalau tidak puas dengan dosen mata kuliah agama.
Sajadah
ini menjadi saksi bisu ketika diriku berikhtiar mencari ketenangan hati. Satu
persatu ku dalami termasuk pasal hijab. Berangsur-angsur ku mantapkan hijab
yang ku kenakan setiap hari. Dan memang telah kubuktikan hidupku lebih nyaman
dan tenang dari pada hari biasa. Sepertinya kejadian itu menjadi pelajaran
berharga untuk ku. Nah dengan perubahan ini teman se-kost dan teman sekelas ku
justru malah terheran-heran melihat perubahan pada diriku. Termasuk teman ku
yang satu ini, iren namanya.
“ kia, apa aku yang mimpi atau
kamu ya..?” tanya iren sembari minum jus yang disediakan pelayan kantin di
kampus ku.
“mimpi apanya ren?” jawab ku
bingung
“iya, sejak kapan kamu berhijab
dalam begini? Dan yang aku dengar kamu sudah mulai rajin ya di kost?” tanya
iren.
“ hehehe. Kamu bisa aja ren. Iya udah
seminggu aku berhijab begini. Ceritanya panjang kenapa aku jadi berubah begini.
Yang penting kamu senangkan aku berubah?”
tanya ku kembali.
“ wesssss. Senang banget kia.
Yang penting sama akunya gak berubah juga.” Jawab iren.
“ wah ya gak la ren. “ jawab ku
meyakinkannya.
Setelah berbincang sedikit
dikantin, kusambung ceritaku bersama dengan iren diperpustakan kampus. Kali ini
iren terharu mendengar ceritaku. Padahal ceritanya juga gak sedih-sedih amat.
Cuma irennya aja yang cengeng. Tapi dibalik keterharuan iren ada senyum yang
diperlihatkannya kepadaku sebagai tanda bahwa dia sangat senang melihat
berubahan positif temannya yang satu ini. Dan kini tugasku membawa perubahan
yang baik untuk diriku dan teman-temanku.
Bersambung..........Sekian cerpen
dari saya, semoga bermanfaat .
Karya : Iis wulandari
MAHASISWA PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
bagus ceritanya dx.gak banyak komentar deh,hanya 1 saja.dari segi penulisan saja di perhatikan lagi ya..
BalasHapusgood job buat iis
bagus ceritanya dx.gak banyak komentar deh,hanya 1 saja.dari segi penulisan saja di perhatikan lagi ya..
BalasHapusgood job buat iis