Selasa, 08 September 2015



IKHTIAR DIATAS SAJADAH-MU

Dulu memang aku akui, tak banyak hal yang aku lakukan. Menghamburkan waktu adalah kegemaran ku. Bukan hal lain yang aku lakukan,melainkan membuang waktu dengan tidur,tidur dan tidur. Kadang hati ini masih bertanya,kenapa aku malas begini?? Tapi tak ada kata lain selain malas yang aku biasakan setiap hari. Nama ku Kiara Larasati. Tak ada yang khas dari namaku begitu pun dengan diriku, hal apa yang aku lakukan tak ada satupun yang berkesan. Seperti inilah hari-hariku( makan,minum,tidur,mandi,dan kuliah) ya...... bosan sekali 

          Sabtu pagi, girimis mengundang pun tiba( semacam lagu J). Ini serius. Pada saat itu diriku tersentak dari rangkaian mimpi-mimpi yang sambung-menyambung menjadi satu. Sontak tangan dan mata tertuju pada sebuah jam bekker sebagai pengganti ibu yang setiap pagi berteriak memanggilku. Ya maklum saja anak kost, mau tidak mau harus mendengar teriakan jam setiap paginya jika tidak, siap-siap absen pada mata kuliah. Nah disisi inilah kelebihan ku,bukan dari pekerjaan melainkan prinsip ku  yang tidak mau ada satu hari pun yang absen kuliah. Harus kuliah setip hari. Haruuuuuuuussss titik.

          Kuliah memang prioritasku saat ini, setidaknya otak ini masih berpikir bagimana perjuangan ibu dan ayah dirumah membanting tulang demi uang kuliah ku dan kedua adikku. Bergegas saat itu juga aku mengambil handuk yang berserakan di tempat tidur dan segera masuk kemar mandi.setelah selesai mandi dan berpakain. Secepat itu ku ambil tas dan langsung pergi menuju kampus. Untung saja tidak terlambat. Hari- hariku selalu di tutupi dengan aktifitas yang hampir sebagian waktu ku tersita karena berada di lingkungan yang KAMPUS. Bermodalkan wi-fi yang selalu ada bak udara yang selalu dihirup manusia terkecuali mati lampu.(HEHEHE)

          Hari sabtu sore disaat mata kuliah ku sudah usai, aku beranjak dari kelas menuju gerbang masuk kampus. Ya, memang lingkungan kampusku tergolong padat penduduk. Jadi tidak heran lagi jika jalan tak pernah sunyi dari kendaraan. Ntah mimpi apa diriku tadi malam, sore ini mata dan tubuhku seakan tak berdaya ketika melihat kejaian luar biasa yang untuk pertama kalinya dalam hidupku melihatnya. Kendaraan mini bus menabrak seorang pejalan kaki yang melintasi pinggiran jalan didepan kampusku. Sontak bunyi tabrakan mengiang ditelinga manusia yang sekiranya berada disekitar lokasi kejadian.Braaakkkkkk.kira-kira seperti itu suara yang terdengar. Langsung saja tanpa pikir panjang kami semua yang berada disekitar lokasi tabrakan langsung berkerumun memenuhi lokasi demi melihat keadaan yang terjadi. Posisi diriku saat itu tepat di depan korban yang tertabrak. Ntah apa yang kurasakan saat itu, sedih, iba, takut semua bercampur jadi satu. Lidahku kelu, tak sepatah kata pun yang terucap dari bibirku. Hingga para penduduk yang berdatangan pun sibuk bertanya kepada ku yang aku sendiri pada saat itu kehilangan kontrol, tak ada satupun pertanyaan dari mereka yang ku jawab,diriku hanya terdiam menangis melihat korban yang berlumuran darah. 

          “ innalillahi wainnailaihi roji’un” terdengar suara yang sangat sayup ditelingaku. Secepat mungkin aku sadar dari hilang kontrol yang menyapa diriku beberapa menit yang lalu. Ku lihat satpam kampus ku sudah mulai mengangkat korban ke tepi jalan yang ternyata sudah kehilangan nyawanya. Diri ku masih menangis tersedu-sedu tak tahan melihat jasad korban yang tergeletak.
“ kia, wes bali wae yo? “ ucap satpam kampus menyuruh ku untuk kembali kerumah.
“ iyo pak, duluan yo pak” jawab ku.
Satpam kampus ini seakan tau diriku lemah dengan perkara yang seperti ini. Sehingga perintahnya pun menyuruhku kembali langsung ku iyakan. Sambil berjalan menuju kost ku yang tidak jauh dari kampus diriku masih menangis tersedu-sedu. Bayangan kejadian mengenaskan itu berulang-ulang kembali ke pikiran ku.  Sampai di kost, aku duduk terdiam di tempat tidurku. Beberapa menit kemudian ku langkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mandi sore. “ mandi dulu, mudah-mudahan hilang kejadian tadi dari benak ku” pikir ku singkat.

          Kejadian itu menghantuiku beberapa hari belakangan ini. Aku hanya banyak melamun setelah kejadian itu. Dan mulai terlintas dipikiran ku bahwa itu baru orang lain yang kehilangan nyawa, nah bagaimana aku nanti?, bagaimana akhir nyawa ku nanti?, apakah mengenaskan seperi korban yang kulihat? Ntah lah. Hanya tuhan yang tau. Mulai hari itu diriku berpikir seakan-akan mengingat mati disela sela lamunanku. Bahkan kini diriku perlahan-lahan mengalami perubahan. Mulai melaksanakan sholat lima waktu, sebab karena sholat ini diriku menjadi lebih tenang, tidak merasakan takut seperti hari hari sebelumnya. Terlebih sejak kejadian buruk itu. Satu persatu ku pelajari buku-buku agama yang ku punya setelah sholat lima waktu diatas sajadah. Tak munafik lagi, yang aku pikirkan apakah aku sudah siap menghadap sakaratul maut. Boleh jadi kalau aku sakit, nah kalau kejadiannya seperti korban yang ku lihat bagaimana?. Ku rasa dia juga tidak tahu akan meninggal hari itu. Sebab itulah berangsur-angsur diriku mempelajari ilmu agama dari buku-buku, mendalamnya yang tidak jelas ku tanyakan pada senior dikampus, kalau tidak puas dengan dosen mata kuliah agama.

          Sajadah ini menjadi saksi bisu ketika diriku berikhtiar mencari ketenangan hati. Satu persatu ku dalami termasuk pasal hijab. Berangsur-angsur ku mantapkan hijab yang ku kenakan setiap hari. Dan memang telah kubuktikan hidupku lebih nyaman dan tenang dari pada hari biasa. Sepertinya kejadian itu menjadi pelajaran berharga untuk ku. Nah dengan perubahan ini teman se-kost dan teman sekelas ku justru malah terheran-heran melihat perubahan pada diriku. Termasuk teman ku yang satu ini, iren namanya.
“ kia, apa aku yang mimpi atau kamu ya..?” tanya iren sembari minum jus yang disediakan pelayan kantin di kampus ku.
“mimpi apanya ren?” jawab ku bingung
“iya, sejak kapan kamu berhijab dalam begini? Dan yang aku dengar kamu sudah mulai rajin ya di kost?” tanya iren.
“ hehehe. Kamu bisa aja ren. Iya udah seminggu aku berhijab begini. Ceritanya panjang kenapa aku jadi berubah begini. Yang penting kamu senangkan aku berubah?”  tanya ku kembali.
“ wesssss. Senang banget kia. Yang penting sama akunya gak berubah juga.” Jawab iren.
“ wah ya gak la ren. “ jawab ku meyakinkannya.
Setelah berbincang sedikit dikantin, kusambung ceritaku bersama dengan iren diperpustakan kampus. Kali ini iren terharu mendengar ceritaku. Padahal ceritanya juga gak sedih-sedih amat. Cuma irennya aja yang cengeng. Tapi dibalik keterharuan iren ada senyum yang diperlihatkannya kepadaku sebagai tanda bahwa dia sangat senang melihat berubahan positif temannya yang satu ini. Dan kini tugasku membawa perubahan yang baik untuk diriku dan teman-temanku.
Bersambung..........Sekian cerpen dari saya, semoga bermanfaat .

Karya : Iis wulandari
MAHASISWA PGSD 
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG






         

2 komentar:

  1. bagus ceritanya dx.gak banyak komentar deh,hanya 1 saja.dari segi penulisan saja di perhatikan lagi ya..
    good job buat iis

    BalasHapus
  2. bagus ceritanya dx.gak banyak komentar deh,hanya 1 saja.dari segi penulisan saja di perhatikan lagi ya..
    good job buat iis

    BalasHapus